radicalthought.org

radicalthought.org — Dalam kondisi politik yang semakin tegang, Presiden Prancis Emmanuel Macron telah mengungkapkan kekhawatiran serius tentang potensi perang saudara yang dapat dipicu oleh kelompok-kelompok politik ekstrem di negara tersebut. Dalam wawancara dengan podcast ‘Generation Do It Yourself’, Macron menyoroti bagaimana Rassemblement National (RN), partai sayap kanan ekstrem, dan koalisi sayap kiri New Popular Front bisa membawa negara ke ambang konflik internal.

Macron Mengkritik Pendekatan RN dan New Popular Front

Macron mengkritik RN karena pendekatannya terhadap masalah kejahatan dan imigrasi, yang menurutnya berbasis pada stigmatisasi dan pemisahan. “Pendekatan ekstrem kanan yang mengklasifikasikan individu berdasarkan agama atau asal usul mereka adalah tidak dapat diterima dan berpotensi memicu perang saudara,” ucap Macron, seperti dilaporkan oleh AFP dan Japan Times.

Tidak hanya RN, Macron juga menyampaikan kekhawatiran serupa terhadap France Unbowed (LFI), anggota dari koalisi New Popular Front. Menurut Macron, kebijakan mereka yang berbasis pada klasifikasi agama atau komunitas juga berisiko besar memicu konflik.

Latar Belakang Politik yang Tegang

Kekhawatiran ini muncul di tengah persaingan politik yang ketat menjelang pemilihan parlemen yang akan datang. Situasi menjadi lebih kritis setelah Macron memanggil pemilihan legislatif yang dipercepat, menyusul kekalahan partainya dalam pemilihan Uni Eropa (UE) oleh RN yang dipimpin oleh Marine Le Pen.

Macron mengumumkan bahwa pemilihan majelis rendah dijadwalkan pada 30 Juni, dengan putaran kedua pemungutan suara pada 7 Juli, menjelang Paris menjadi tuan rumah Olimpiade. Keputusan mendadak ini telah menciptakan gelombang ketidakstabilan politik, memberikan kesempatan bagi RN untuk meningkatkan kekuatannya secara signifikan.

Dinamika Kekuasaan di Parlemen

Saat ini, partai Macron, Renaisans, memiliki 169 kursi di majelis rendah, sedangkan RN memiliki 88 kursi. Hasil survei terbaru menunjukkan RN memenangkan sekitar 32% dari total suara, jauh melampaui 15% suara yang diperoleh oleh Macron. Partai Sosialis menduduki posisi ketiga dengan 14% suara.

Kondisi ini menandai momen kritis bagi politik Prancis, dengan potensi besar untuk perubahan dalam lanskap kekuasaan dan pengaruh politik di masa mendatang.