Krisis Global Terbaru Dampaknya terhadap Ekonomi Indonesia

Pada tahun 2025, ekonomi global menghadapi tekanan berat link slot gacor akibat berbagai faktor, termasuk ketegangan geopolitik, perlambatan ekonomi di negara-negara besar, dan kebijakan proteksionis. Indonesia, sebagai bagian dari sistem ekonomi global, turut merasakan dampak dari krisis ini.

Perlambatan Pertumbuhan Ekonomi

Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I 2025 melambat menjadi 4,87% secara tahunan, terendah sejak kuartal III 2021. Perlambatan ini disebabkan oleh melemahnya permintaan domestik dan ekspor, terutama ke China dan Amerika Serikat, dua mitra dagang utama Indonesia. Konsumsi rumah tangga, yang menyumbang lebih dari separuh Produk Domestik Bruto (PDB), hanya tumbuh 4,89%, terendah dalam lima kuartal terakhir, meskipun bertepatan dengan bulan Ramadan.

Tekanan Eksternal dan Internal

Fitch Ratings menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2025 menjadi 4,9% dari sebelumnya 5%, dengan alasan tekanan eksternal seperti ketegangan perdagangan global dan penurunan konsumsi domestik. Selain itu, potensi tarif 32% dari Amerika Serikat terhadap ekspor Indonesia dapat semakin membebani ekonomi jika tidak ada kesepakatan sebelum moratorium berakhir pada Juli.

Depresiasi Rupiah dan Intervensi Bank Indonesia

Nilai tukar rupiah melemah ke level terendah sejak krisis finansial Asia 1998, mencapai Rp16.640 per dolar AS. Bank Indonesia melakukan intervensi di pasar valuta asing dan mempertahankan suku bunga acuan di 5,75% untuk menstabilkan rupiah. Namun, kekhawatiran investor terhadap kebijakan fiskal pemerintah, termasuk program makan gratis senilai $28 miliar per tahun, menambah tekanan terhadap mata uang dan pasar keuangan.

Dampak Sosial dan Tenaga Kerja

Melemahnya ekonomi berdampak pada sektor tenaga kerja. Meskipun tingkat pengangguran terbuka menurun dari 4,82% pada 2024 menjadi 4,76% pada Februari 2025, jumlah penganggur secara absolut meningkat dari 7,20 juta menjadi 7,28 juta orang. Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan angkatan kerja yang lebih cepat dibandingkan dengan penciptaan lapangan kerja.

Strategi Pemerintah dan Prospek ke Depan

Pemerintah Indonesia berupaya menjaga stabilitas ekonomi melalui berbagai kebijakan, termasuk intervensi pasar oleh Bank Indonesia dan pelonggaran aturan pembelian kembali saham oleh perusahaan publik. Namun, tantangan tetap besar, terutama jika ketegangan perdagangan global berlanjut dan kebijakan fiskal domestik tidak memberikan kepercayaan kepada investor.

Meskipun demikian, beberapa sektor menunjukkan ketahanan, seperti pertanian yang mencatat pertumbuhan positif, terutama dalam produksi beras dan jagung.