RADICALTHOUGHT – Era Tokugawa, sering disebut juga sebagai periode Edo, merupakan babak penting dalam kronik sejarah Jepang. Era ini diwarnai dengan damai yang berkelanjutan, kestabilan politik, dan kebijakan isolasi dari pengaruh asing. Diprakarsai oleh Tokugawa Ieyasu setelah kemenangannya di Pertempuran Sekigahara pada tahun 1600, kekuasaan shogunat ini mengakhiri konflik internal yang berkepanjangan dan memasuki zaman baru yang bertahan sampai pertengahan abad kesembilan belas. Artikel ini bertujuan untuk menggali elemen-elemen vital dari shogunat Tokugawa dan dampak abadi yang dimiliki terhadap Jepang masa kini.

Dengan berhasil mempersatukan daimyo-daimyo dan mengamankan dukungan mereka, Tokugawa Ieyasu dianugerahi gelar shogun oleh Kaisar pada tahun 1603, menandai awal dari shogunat. Ieyasu memindahkan pusat pemerintahan ke Edo, yang kini dikenal sebagai Tokyo, dan menetapkan sistem pemerintahan sentral dengan tatanan feodal yang memegang kendali ketat atas para daimyo.

Shogunat Tokugawa mendirikan struktur sosial yang rigid di mana samurai berada di puncak, diikuti oleh petani, kemudian pengrajin, dan pedagang. Sistem ini dirancang untuk menjaga ketertiban dan mencegah kerusuhan. Kebijakan ‘sankin-kotai’ juga diterapkan, meminta para daimyo untuk bergantian menghabiskan waktu di Edo dan wilayah kekuasaan mereka, dengan tujuan memastikan kesetiaan mereka melalui beban finansial dan seremonial yang berat.

Pada tahun 1635, keshogunan menetapkan kebijakan isolasi, dikenal dengan ‘sakoku’, yang membatasi hubungan perdagangan dan asing ke beberapa pelabuhan tertentu. Kebijakan ini bertujuan untuk membatasi pengaruh luar dan menjaga kestabilan dalam negeri. Meskipun demikian, hubungan dagang dengan negara seperti Belanda dan China masih berlangsung, khususnya di Nagasaki.

Zaman Edo menyaksikan perkembangan pesat dalam kebudayaan Jepang, dengan seni seperti ukiyo-e, sastra, dan pertunjukan kabuki yang mendapatkan popularitas. Pertumbuhan kota-kota besar seperti Edo, Osaka, dan Kyoto mendorong ekonomi pasar dan memperkuat posisi kelas pedagang. Meskipun berada di tingkat bawah hierarki sosial, kelas pedagang berhasil menumpuk kekayaan dan pengaruh.

Shogunat Tokugawa mencapai akhir ketika Kaisar Meiji merebut kembali kekuasaan politik melalui serangkaian reformasi yang dikenal sebagai Restorasi Meiji pada tahun 1868. Pembukaan Jepang oleh Komodor Matthew Perry asal Amerika Serikat pada tahun 1853, serta kegagalan Tokugawa dalam perang saudara, mengakhiri isolasi Jepang yang berlangsung lebih dari dua abad dan membukanya pada pengaruh global modern.

Shogunat Tokugawa adalah era yang berperan dalam membentuk Jepang kontemporer dalam banyak aspek, mulai dari politik dan sosial hingga ekspresi seni dan budaya. Meski berakhir karena tekanan internal dan eksternal, warisan dari periode penting ini masih terus hidup dan tampak dalam berbagai tradisi, institusi, dan pandangan hidup masyarakat Jepang saat ini.