RADICALTHOUGHT – Buddhisme adalah salah satu agama dan filsafat spiritual yang paling berpengaruh di dunia. Berpusat pada ajaran Siddhartha Gautama, yang dikenal sebagai Buddha, agama ini memiliki pandangan yang unik tentang konsep ketuhanan. Untuk memahami posisi Buddha dalam konteks keagamaan, penting untuk menelusuri kembali latar belakang historis dan doktrin-doktrin yang diajarkan oleh Buddha.

Siddhartha Gautama lahir di keluarga kerajaan di Lumbini, yang saat ini merupakan bagian dari Nepal, sekitar abad ke-5 atau ke-6 SM. Ia meninggalkan kemewahan istana untuk mencari jawaban atas penderitaan manusia. Setelah bertahun-tahun bermeditasi, ia mencapai pencerahan, atau ‘Bodhi’, dan kemudian dikenal sebagai Buddha, yang berarti ‘Yang Terbangun’.

Buddha tidak mengklaim dirinya sebagai tuhan atau utusan tuhan. Ajarannya, yang dikenal sebagai Dharma, menekankan pada empat kebenaran mulia dan jalan mulia berunsur delapan sebagai cara untuk mencapai Nirvana—keadaan pembebasan dari siklus kelahiran kembali dan penderitaan. Buddha mengajarkan bahwa setiap individu memiliki potensi untuk mencapai pencerahan melalui praktik meditasi, pengembangan kebijaksanaan, dan penerapan prinsip-prinsip etis dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam agama Buddha, tidak ada konsep pencipta atau penguasa alam semesta yang serupa dengan konsep monoteistik tentang Tuhan. Sebaliknya, Buddhisme menekankan pada hukum sebab-akibat (Karma) dan ketidakkekalan (Anicca) sebagai prinsip dasar yang mengatur alam semesta. Pencapaian pencerahan adalah hasil dari upaya individu, bukan anugerah dari kekuatan ilahi.

Oleh karena itu, Buddha dihormati dan dihargai sebagai guru yang telah mencapai pemahaman paling mendalam tentang kebenaran universal dan yang telah memberikan jalur bagi orang lain untuk mengikuti. Penghormatan terhadap Buddha sering kali diwujudkan melalui patung atau simbol, tetapi ini merupakan penghormatan dan bukan pemujaan terhadap dewa.

Dalam berbagai tradisi Buddhisme, seperti Theravada, Mahayana, dan Vajrayana, terdapat perbedaan dalam penghormatan terhadap Buddha dan bodhisattva (mereka yang berada di jalur untuk menjadi Buddha). Namun, inti dari semua tradisi ini tetap sama: Buddha bukanlah tuhan, tetapi seorang guru yang telah mencapai pembebasan dan menunjukkan jalan bagi orang lain untuk melakukan hal yang sama.

Dalam kesimpulan, Buddha tidak dianggap sebagai tuhan dalam Buddhisme, melainkan sebagai seorang guru spiritual yang tercerahkan. Penghormatan kepada Buddha adalah penghargaan terhadap pencapaiannya dalam pencerahan dan ajarannya yang mendalam, bukan sebagai bentuk pemujaan terhadap entitas ilahi. Buddhisme mengajarkan bahwa pencerahan dapat dicapai oleh setiap individu melalui praktik yang benar dan bukan melalui penyembahan.