RADICALTHOUGHT – BlackBerry Messenger atau BBM, pernah menjadi aplikasi pesan instan paling populer, khususnya pada awal tahun 2000-an. Dikenal dengan kemampuan pesan instannya yang terenkripsi dan PIN unik sebagai identifikasi pengguna, BBM menjadi simbol status dan komunikasi eksklusif. Namun, popularitasnya menurun drastis, dan pada Mei 2019, BBM resmi ditutup. Berikut adalah beberapa alasan mengapa BBM hilang dari panggung komunikasi digital.
- Pertumbuhan Pesat Pesan Instan Lain: Saat BBM berada di puncak popularitasnya, kompetitor seperti WhatsApp, Facebook Messenger, dan WeChat mulai bermunculan. Aplikasi-aplikasi ini tidak dibatasi oleh platform perangkat keras dan tersedia di semua smartphone, berbeda dengan BBM yang eksklusif untuk pengguna BlackBerry.
- Keterlambatan BBM Menjadi Multiplatform: BBM terlambat memasuki pasar Android dan iOS. Ketika BBM akhirnya tersedia untuk sistem operasi lain pada tahun 2013, pengguna sudah nyaman dengan aplikasi pesan yang sudah mereka gunakan, dan BBM gagal menarik pengguna baru.
- Fokus BlackBerry Pada Pasar Perusahaan: BlackBerry, perusahaan di balik BBM, secara tradisional fokus pada pasar perusahaan dengan fitur keamanan dan privasi yang kuat. Ketika pasar smartphone bergeser ke konsumen umum, BlackBerry gagal beradaptasi dengan cepat, dan BBM pun ikut terdampak.
- Kurangnya Inovasi: Aplikasi pesan lain terus menambahkan fitur baru, seperti video call, stiker, dan berbagi lokasi. BBM tidak mengikuti inovasi ini dengan cepat cukup, menyebabkan aplikasi tersebut tampak ketinggalan zaman.
- Perubahan Kepemilikan: BBM sempat mengalami perubahan kepemilikan dan strategi. Emtek, perusahaan Indonesia, mengambil alih layanan ini pada tahun 2016, tetapi tidak mampu mengembalikan kejayaan BBM.
- Tuntutan Pasar yang Berubah: Pengguna smartphone menjadi lebih sadar akan kebutuhan akan aplikasi yang bisa melakukan lebih dari sekedar mengirim pesan. Aplikasi dengan fungsi tunggal seperti BBM terdesak oleh aplikasi yang menyediakan layanan terintegrasi.
Penutup:
BBM adalah bagian dari sejarah awal komunikasi digital, memberikan pengalaman yang unik dan privat bagi penggunanya. Namun, karena gagal berinovasi dan beradaptasi dengan perubahan pasar, BBM tidak bisa bertahan dalam persaingan yang semakin sengit. Kegagalan BBM mengingatkan kita bahwa dalam teknologi, tidak ada yang abadi dan bahwa adaptasi dan inovasi adalah kunci untuk bertahan dalam jangka panjang. Kini, BBM dikenang sebagai ikon dari era sebelumnya, mengingatkan kita pada masa ketika komunikasi digital masih dalam tahap perkembangannya yang pertama.