radicalthought.org – Seorang wanita di Korea Selatan telah mengalami penipuan yang signifikan, kehilangan hingga Rp 824 juta setelah tertipu oleh seseorang yang mengaku sebagai Elon Musk. Kejadian ini melibatkan penggunaan teknologi AI yang canggih, dimana pelaku menggunakan video dan gambar yang mirip dengan CEO Tesla dan SpaceX tersebut untuk memperdaya korban.
Detail Kejadian:
Insiden ini bermula dari interaksi pada sebuah platform kencan online pada Juli 2023, di mana pelaku mulai menghubungi korban. Dengan memanfaatkan teknologi video call yang didukung AI, pelaku yang berpura-pura sebagai Elon Musk memperlihatkan wajah yang sangat mirip dengan pengusaha terkenal itu.
Metode Penipuan:
Selama periode tersebut, pelaku memberikan narasi terperinci tentang kehidupan pribadi dan profesional yang seolah-olah adalah Elon Musk, termasuk detail mengenai perjalanannya ke fasilitas Tesla dan SpaceX. Lebih jauh, pelaku menunjukkan kartu identitas yang diklaim sebagai KTP dari Planet Mars dengan nomor 000000001, yang menambah tingkat kepercayaan korban terhadap klaim pelaku.
Kerugian Finansial:
Tertipu oleh keaslian yang tampak nyata, korban akhirnya mentransfer dana sejumlah 70 juta won, setara dengan Rp 824 juta, kepada pelaku.
Reaksi Publik dan Analisis:
Setelah insiden ini menjadi viral, banyak pakar keamanan siber dan analis telah mengungkapkan bahwa teknologi AI yang digunakan dalam video call sangatlah canggih, serupa dengan yang sudah dilaporkan sebelumnya di China. Publik yang mengetahui kasus ini mengungkapkan rasa kagetnya, dengan beberapa mengkritik korban karena percaya kepada klaim yang menurut banyak orang jelas tidak masuk akal.
Kasus ini menyoroti risiko penipuan siber yang semakin meningkat dengan penggunaan teknologi AI yang canggih. Insiden ini juga mengingatkan akan pentingnya kesadaran dan kehati-hatian dalam berinteraksi di dunia maya, terutama dalam platform kencan online di mana penipuan sering kali berlangsung.
Peristiwa ini telah memicu diskusi lebih lanjut mengenai keamanan online dan pentingnya verifikasi identitas dalam komunikasi digital untuk menghindari kerugian lebih lanjut.