RADICALTHOUGHT.ORG – Artikel ini akan membahas tentang sosok heroik Pattimura dan perjuangan beliau di Maluku, yang merupakan salah satu episod penting dalam sejarah perlawanan Indonesia terhadap kolonialisme. Pattimura, yang dikenal juga dengan nama Thomas Matulessy, adalah pejuang dari Maluku yang mengobarkan semangat perlawanan terhadap penjajahan Belanda pada abad ke-19. Melalui ulasan ini, kita akan mengenal lebih dekat dengan jejak perjuangan yang beliau tinggalkan di Maluku.
I. Latar Belakang Pattimura dan Maluku
Pattimura lahir pada 8 Juni 1783 di pulau Saparua, Maluku. Ia adalah sosok yang memiliki latar belakang militernya di bawah komando Inggris ketika belajar di Ambon. Ketika Belanda kembali menguasai Maluku setelah periode kekuasaan Inggris, ketidakpuasan di kalangan rakyat lokal mulai tumbuh karena kebijakan penjajah yang keras.
II. Pemicu Pemberontakan
Ketidakadilan dan eksploitasi oleh pemerintah kolonial Belanda menciptakan ketegangan dan ketidakpuasan yang meluas di kalangan penduduk setempat. Pemberontakan pecah pada tahun 1817, dipicu oleh penolakan terhadap peningkatan pajak dan penghinaan terhadap pemimpin lokal. Pattimura kemudian dipilih sebagai pemimpin perjuangan rakyat Maluku.
III. Perjuangan dan Pemberontakan Pattimura
- Penaklukan Benteng Duurstede: Pada 16 Mei 1817, Pattimura memimpin pasukannya mengambil alih Benteng Duurstede di Saparua, yang menjadi simbol penting dari kekuatan kolonial Belanda di Maluku.
- Pengorganisasian Pasukan: Pattimura mengorganisir pasukan dari kalangan rakyat biasa untuk melawan Belanda, menunjukkan kemampuan kepemimpinan dan strateginya yang kuat.
- Perlawanan di Pulau-Pulau Sekitar: Setelah menguasai Saparua, perlawanan menyebar ke pulau-pulau lain di Maluku, termasuk Haruku dan Nusalaut.
IV. Akhir Perjuangan dan Pengaruhnya
Meski awalnya berhasil, pemberontakan Pattimura akhirnya dapat dipadamkan oleh kekuatan militer Belanda. Pattimura ditangkap dan diadili oleh pengadilan kolonial. Ia dihukum gantung dan dieksekusi pada tanggal 16 Desember 1817.
Perjuangan Pattimura meninggalkan jejak yang dalam dalam memori kolektif masyarakat Maluku dan Indonesia:
- Simbol Perlawanan: Pattimura dianggap sebagai simbol perlawanan terhadap penindasan dan perjuangan untuk keadilan.
- Inspirasi Nasional: Kisah perjuangan Pattimura menginspirasi berbagai gerakan perlawanan lainnya terhadap kolonialisme di Indonesia.
- Pahlawan Nasional: Pada tahun 1973, Pattimura secara resmi diakui sebagai Pahlawan Nasional Indonesia.
V. Pelestarian Memori Pattimura
Upaya untuk memperingati dan melestarikan memori Pattimura terus dilakukan:
- Pendidikan: Kisah Pattimura diajarkan di sekolah-sekolah di Indonesia sebagai bagian dari kurikulum sejarah nasional.
- Monumen dan Museum: Berbagai monumen dan museum didirikan untuk mengenang perjuangan Pattimura, seperti Monumen Pattimura di Ambon.
- Hari Pattimura: Di Maluku, tanggal 15 Mei dirayakan sebagai Hari Pattimura untuk menghormati perjuangan beliau dan para pejuang Maluku lainnya.
Jejak perjuangan Pattimura di Maluku adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sejarah perlawanan Indonesia terhadap kolonialisme. Kisah beliau mengingatkan kita tentang pengorbanan yang telah dibuat dalam perjuangan kemerdekaan. Pattimura tetap hidup dalam ingatan bangsa sebagai pahlawan yang gagah berani, dan semangat perlawanannya terus menginspirasi generasi masa kini dan mendatang. Penghormatan terhadap pahlawan seperti Pattimura adalah cara kita untuk mengakui dan menghargai nilai-nilai keberanian, keadilan, dan semangat nasionalisme yang harus terus dipupuk dalam jiwa setiap warga Indonesia.